Makassar, Sulsel - Seorang pria berinisial ABRI (32), pelaku kecelakaan lalu lintas di wilayah Bontoala, Kota Makassar, mengaku mendapat tekanan dan dugaan pemerasan dari pihak keluarga korban usai peristiwa tabrakan yang terjadi pada Minggu pagi.
Kecelakaan tersebut terjadi di Jalan Disibula, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Bontoala, pada Minggu (7/12/2025) sekitar pukul 07.30 WITA. Saat itu kondisi jalan dilaporkan licin akibat hujan.
ABRI menuturkan, kecelakaan bermula ketika ia mengemudikan mobil dan tidak sempat menghindari sepeda motor yang melaju dari arah berlawanan. Ia mengaku sudah berusaha mengendalikan kendaraannya, namun karena kondisi jalan licin, mobil yang dikemudikannya menyerempet sepeda motor yang dikendarai seorang ibu bernama Irma.
“Waktu itu saya sadarji dan berusaha ja juga menghindar, tapi karena jalan licin dan jaknya dekat sekalimi, makanya tabrakan tidak bisa dihindari,” kata ABRI.
Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka cukup serius pada kaki kiri hingga mengeluarkan darah. ABRI mengaku langsung bertanggung jawab dengan membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
Di rumah sakit, dokter menyatakan korban harus menjalani operasi karena mengalami retak tulang pada bagian kaki. Beberapa jam kemudian, keluarga korban dan keluarga pelaku bertemu dan sepakat menempuh jalur kekeluargaan.
Kedua belah pihak juga sempat mendatangi Unit Laka Lantas Polrestabes Makassar di Jalan Kartini untuk membuat laporan kecelakaan. Selanjutnya, berkas Jasa Raharja diurus oleh pihak keluarga korban dan operasi pun dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Namun, persoalan disebut mulai muncul sehari setelah operasi. Menurut ABRI, Danil (19), anak korban, menghubunginya dan meminta tambahan uang sebesar Rp20 juta dengan alasan biaya rumah sakit lanjutan.
“Saya kaget karena sebelumnya sudah ada kesepakatan. Dari awal yang dibicarakan hanya Jasa Raharja dan perbaikan motor,” ungkap ABRI.
Tak hanya itu, ABRI juga mengaku orang tuanya menerima pesan bernada ancaman dari Danil melalui aplikasi WhatsApp. Pesan tersebut, menurut ABRI, berisi tekanan agar permintaan uang dipenuhi.
Merasa tertekan, ABRI kembali mendatangi rumah sakit dan bertemu pihak keluarga korban bersama unsur Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta tokoh masyarakat. Dalam pertemuan itu, kembali dibahas soal biaya pengobatan jalan meski sebelumnya sudah ada kesepakatan awal.
Beberapa hari berselang, Danil kembali menghubungi keluarga pelaku dan disebut terus menuntut uang Rp20 juta. Bahkan, menurut ABRI, pihak keluarga korban sempat membawa awak media saat pertemuan lanjutan.
“Saya jelaskan kronologi dari awal. Tapi keluarga korban masih memaksa. Semua chat ancaman masih saya simpan sebagai bukti,” tegas ABRI.
ABRI menyatakan tidak menerima tindakan ancaman tersebut dan berencana melaporkannya kembali ke pihak berwajib. Ia menegaskan sejak awal sudah menunjukkan itikad baik dan tanggung jawab sebagai pelaku kecelakaan.
“Saya siap bertanggung jawab sesuai aturan, tapi saya tidak terima orang tua saya diancam. Itu yang membuat saya ingin menempuh jalur hukum,” tutupnya.(*)
LAPORAN : SADIKIN RAHMAT

0 Komentar